Bukan Buang-buang Solar, Ini Penyebab Bus Jarang Matikan Mesin saat Istirahat

Bus antar-kota antar-pulau, (AKAP) biasanya memiliki rute atau trayek yang sangat panjang dalam satu kali perjalanan.

Umumnya, bis dengan rute jarak jauh memiliki jadwal hentian di tempat istirahat ataupun warung makan.

Ya, ketika merehatkah, orang-orang sadar bahwa sopir bus jarang mematikan mesin kendaraannya?

Ternyata, perilaku sopir bus seperti itu memiliki tujuan tertentu, bukan untuk mengorbankan bahan bakar.

Menurut Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), mesin bus tidak dimatikan saat berhenti karena untuk menjamin kenyamanan penumpang.

“Saat kita berhenti di area istirahat, tidak semua penumpang keluarpun kalau mesin dimatikan lalu dihidupkan kembali membutuhkan waktu lagi untuk mendinginkan kabin,” kata Sani saat berbicara beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan bahwa memrogram ulang suhu (mendinginkan) kabin bus biasanya memakan waktu sepuluh belas hingga tiga puluh menit.

Selain itu, secara teknis, mesin diesel pada sebagian besar bus sekarang sudah menggunakan turbo.

Mesin tersebut cenderung sangat mudah resah jika sering di hidupkan dan dimatikan.


Baca Juga:

“Terutama mesin diesel memerlukan kompresi kencang sambil suhu panas agar beroperasi dengan baik. Karanagnya dibandingkan dengan mesin bensin, jika proses panasnya tidak merata maka tidak akan mempengaruhi turbinya,” ungkapnya.

Tidak ada perubahan lain.

Menurut Sani, PT Bus biasanya memiliki standar operasional prosedur (SOP) masing-masing untuk mematikan mesin.

“Jika kami berhenti di restoran itu, pasti kami akan menonaktifkan mesin. Karena kru kami saat berhenti di restoran itu pasti akan membersihkan kabin,” ungkap Bapak tersebut yang juga Direktur PO SAN ini.

Itu adalah dosa besar, oleh karena itu sopir bus sangat jarang mematikan mesin saat berhenti.

Pos terkait