Google Luncurkan AI yang Menghidupkan Film The Wizard of Oz dalam Sphere

LAS VEGAS. Google bersatu dengan Sphere Entertainment Co guna mendirikan kerja sama teknologi kecerdasan buatan terbaru yang bertujuan membangkitkan ulang film ikonik The Wizard of Oz di lingkungan Sphere berkat penerapan kecerdasan buatan generatif (Gen AI). Usaha besar ini mencakup kontribusi dari ratusan insinyur, programmer, dan sejumlah artis grafis visual, menjadi titik balik signifikan dalam industri hiburan.

Kolaborasi antara Google dan Sphere merupakan langkah maju dalam evolusi narasi visual serupa dengan peran Technicolor dalam film “The Wizard of Oz” sekitar 90 tahun silam. Film “The Wizard of Oz” dari Sphere bakal melakukan debutnya di Las Vegas pada tanggal 28 Agustus 2025.

Agar bisa menampilkan film klasik tersebut, Google Cloud bersamaan dengan Google DeepMind berkolaborasi guna meneraplikan model-model Gemini, Veo 2, dan Imagen 3 yang telah dioptimalkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas gambar menjadi lebih jernih, memperbesar bagian background, serta merekreasikan elemen-elemen tokoh yang sebelumnya tak terlihat pada tampilan layar aslinya secara digital.

Sphere juga mengandalkan infrastruktur dari Google Cloud yang dirancang dengan kemampuan skalabilitas tinggi serta diperkaya oleh teknologi Artificial Intelligence guna menopang keperluan data dan perhitungan skala besar dalam menciptakan pengalamannya yang imersif. Selama proyek The Wizard of Oz di Sphere, Google Cloud sudah menganalisis sekitar 1,2 petabyte data sampai saat ini.

  • Google Meluncurkan Kecerdasan Buatan untuk Perlindungan Pengguna Android terhadap Penipuan Pesan Singkat
  • AI Gemini Siap Mengganti Google Assistant pada Perangkat Android
  • Google Rilis Gemini Code Assist Edisi Gratisku, Ini Dia Fitur-fiturnya Yang Dapat Digunakan

“Keunggulan AI generatif, bersama-sama dengan jaringan dan pengetahuan Google, memudahkan kita untuk meraih prestasi luarbiasa,” ungkap Jim Dolan, Ketua Eksekutif sekaligus CEO dari Sphere Entertainment, di Las Vegas pada hari Selasa, 8 April.

Dia mencari partner yang bisa mengembangkan batasan bersama tim Sphere Studios dan Magnopus. Menurut Jim Dolan, “Google adalah satu-satunya perusahaan yang siap menangani tugas pada layar LED dengan resolusi terbesar di planet ini.”

Thomas Kurian, CEO dari Google Cloud, menyebut kerjasama dengan Sphere di The Wizard of Oz sebagai ilustrasi sempurna tentang cara projek tersebut melampaui batasan teknologi AI generatif guna menciptakan eksperimen baru yang memukau bagi para pemirsa serta membuka berbagai kesempatan segar bagi stuido dan sineas.

” Kami sangat terhargai bisa menjadi bagian dari usaha besar ini untuk memperkenalkan karya-karya klasik Amerika kepada segenap pemirsanya yang baru,” ujar Thomas Kurian.

Bagaimana Kecerdasan Buatan Google Membawa Cerita The Wizard of Oz ke Hidup?

Film The Wizard of Oz yang pertama kali ditayangkan pada tahun 1939 direkam dengan menggunakan teknologi kamera film Technicolor 35mm bertingkat tiga yang sangat inovatif. Ini menjadi produksi kedua belas dari Hollywood yang membawa metode pewarnaan ke layar untuk para pemirsanya di teater.

Lebih dari 90 tahun setelah aslinya, Sphere akan membawa versi immersif dari The Wizard of Oz ke permukaan area mencapai 160.000 kaki persegi, berkat bantuan Google AI serta metode efek visual dan pemrograman film konvensional untuk meluaskan skenarionya. Teknologi Google AI ini digunakan pula dalam penajaman tiap karakter agar menawarkan pengalaman luar biasa yang tak bisa disaksikan dimana pun selain di Sphere.

Google Cloud dan DeepMind sedang mengembangkan batasan dalam teknologi kecerdasan buatan generasi baru, memakai model-model Gemini, Veo, serta Imagen. Sementara itu, Google Cloud merambah kemampuannya dengan beragam infrastuktur termasuk akselerator AI unggulan mereka, yaitu Unit Pengolahan Tensor (TPU), Mesin Kubernetik Google (GKE) dan sebagainya. Beberapa metode penting yang diterapkan mencakup hal-hal tersebut.

  1. Resolusi premium: Veo dipakai untuk meningkatkan kualitas resolusi video dengan cara pintar, melengkapi piksel yang hilang serta membuat gambar 16K menjadi sangat jernih. Ini amat vital bagi area display interior berresolusi 16K x 16K dari Sphere. Tahap ini menuntut algoritme canggih yang sanggup memahami dan merombak detil kompleks, seperti latar belakang, panorama, hingga tokoh dalam film asli tersebut.
  2. Outpainting: Dengan tujuan mengembangkan gambaran visuel dari film menjadi lingkungan imersif dalam Sphere, teknik Veo diterapkan untuk merentangi background serta karakter secara halus, sehingga memberikan kesan seolah-olah penonton benar-benar ada di tempat yang sama dengan para karakter tersebut. Proses ini menuntut penggabungan unsur foreground dan background yang serasi serta sinkronisasi erat dengan konteks asli dari filmnya.
  3. Proses pembangunan kinerja: Google menerapkan sistem Veo bersama-sama dengan Gemini pada tahapan penciptaan. Ini dilakukan guna membantu tim menciptakan pendekatan naratif baru yang memungkinkan banyak karakter tampil selama periode waktu tertentu meskipun dalam penyuntingan konvensional biasanya akan dipotong. Pendekatan ini menambah kedalaman pengalaman penonton, menjadikan mereka seolah-olah merupakan bagian integral dari petualangan besar itu sendiri.
  4. Sistem Konteks Jendela: Fitur jendela konteks ekstra panjang pada Gemini dan Veo amat vital dalam menjaga kesinambungan melalui deretan adegan yang berkelanjutan. Ini mendukung pengolahan dataset yang besar dengan baik, menjamin bahwa tampilan gambar tetap seragam sepanjang durasi film.

Pos terkait