Minyak Mentah Merosot Usai China Sepakat Terbitkan Stimulus Rp 6,65 Kuadriliun

Beberapa harga komoditas pada penutupan perdagangan Kamis (26/12) menurun, termasuk harga minyak mentah yang turun karena para suksesstionser masih mengharapkan dampak dari stimulus fiskal di Cina.

Sementara beberapa komoditas utamanya belum memiliki harga penyelesaian sejak libur Natal 2024, seperti batu bara dan nikel yang masih menggunakan harga penutupan tanggal 24 Desember. Berikut ringkasan lanjutannya dari beberapa sumber.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah turun tipis on Kamis, dalam perdagangan yang sepi karena dolar segera meningkat menanggapi proyeksi adanya stimulus fiskal tambahan di Tiongkok, tunggangan impor minyak terbesar dunia.

Harga minyak mentah Brent ditutup lebih rendah tiga puluh tiga desimalan persen pada USD 73,26 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 69,62 per barel, turun enam puluh delapan desimalan persen dari penutupan sebelum Natal pada hari Selasa.

Pemerintah Cina telah putuskan untuk mengeluarkan obligasi pemerintah khusus senilai 300 miliar yuan (413 miliar dolar AS) atau sekitar 6,65 bilion yuan dengan hargahasilan 1 dolar AS sama dengan tiga ribuan sembilan ratus sembilan puluh, tadi melalui lokasi negara tersebut untuk memacu ekonomi yang sedang lemah.

Batu Bara

Sementara itu, harga batu bara juga menurun pada penutupan perdagangan Selasa (24/12). Harga batu bara menurun sebesar 0,4 persen dan kembali stabil pada USD 125,00 per ton menurut situs Trading Economics.

Harga batu bara Newcastle pernah menyusut karena mengimbangi permintaan yang kuat dari konsumen utama, China. Data terbaru menunjukkan bahwa produksi batu bara China secara rata-rata 14,27 juta metrik ton per hari pada bulan November, mencapai tingkat tertinggi yang pernah direkam, meningkat sangat pesat dari 12,28 juta metrik ton per hari di bulan sebelumnya.

Pada saat yang sama, kemaknunagn stiwulasi dari Beijing tidak akan mampu menimbulkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, konsumsi energi panas mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Disamping itu, curah hujan yang melimpah di pusat-pusat pabrikan utama Cina menjadikan energi hidro lebih populer dibandingkan bahan bakar batubara.

CPO

/Bahasa Indonesia) CPO cenderung stagnan di akhir perdagangan Kamis. Menurut situs tradingeconomics, harga CPO turun 0,2 persen menjadi MYR 4.546 per ton.

Kekhawatiran akan ekspor meningkatkan tekanan harga CPO. Seperti disebutkan dalam survei kargo, pengiriman minyak sawit Malaysia dikurang 4 persen pada 1-25 Desember dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Di India, pembeli utama mengalihkan minyak sawit November menjadi 841.993 metrik ton, sedangkan pihak otoritas memperpanjang penangguhkan perdagangan derivatif komoditas pertanian hingga 31 Januari untuk mengurangi inflasi pangan.

Kenyataannya, kebutuhan yang kuat dari pembeli utama China di awal Tahun Imlek pada bulan Januari membantu membatasi kerugian. Pemerintah Indonesia akan mengenakan kewajiban biodiesel B40 di bulan Januari, sementara meningkatkan pajak ekspor minyak sawit mentah menjadi 10 persen, dari yang sebelumnya 7,5 persen untuk mendukung subsidi.

Nikel

Harga nikel mendaki pada penutupan perdagangan Senin (24/12). Harga nikel menurut tradingeconomics meningkat sebesar 0,23 persen menjadi USD 15.465 per ton.

Harga nikel menyentuh titik terendah dalam 4 tahun, terkena tekanan dari nilai dolar yang lebih kuat, permintaan yang tidak pasti, dan pasokan yang berlebihan, yang sebagian besar disebabkan oleh produksi yang tinggi di Indonesia, produsen utama dunia. Situasi ini akan berlangsung hingga awal tahun 2024. Hal ini memperpanjang lonjakan pasokan yang diakibatkan oleh meningkatnya proyek penghancuran dalla perusahaan-perusahaan di China di Indonesia setelah pemerintah Indonesia melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020.

Indonesia akan menjadi tuan rumah bagi 44 operasi pabrik peleburan nikel hingga September, naik dari empat operasi 10 tahun sebelumnya. Ketersediaan ini mendorong otoritas Indonesia untuk mempertimbangkan untuk mengurangi separuh izin penambangan nikel yang akan datang, dalam garis bersama dengan laporan sebelumnya bahwa negara itu mungkin menyetujui kuota untuk peleburan dalam negeri.

Timah

Sementara itu, harga timah diperkirakan meningkat pada penutupan perdagangan Selasa (24/12). Menurut informasi dari situs tradingeconomics, harga timah naik 0,97 persen menjadi USD 28.818 per ton.

Harga timah turun mengikuti penurunan harga logam dasar akibat pasar yang menganggap penurunan permintaan utama konsumen dan dampak dari melemahnya nilai Yuan. Logam industri juga turun setelah laporan menunjukkan bahwa Cina siap membiarkan nilai Yuan berfluktuasi untuk mempertahankan ekspor sebagai tanggapan atas potensi tarif oleh AS, sehingga harga timah di Cina menjadi relatif lebih murah dalam mata uang dolar.

Di sisi pasokan, produksi tambang utama timah di Negara Bagian Wa, Myanmar, meleset dari harapan, sehingga menyebabkan ketersediaan bijih untuk peleburan di Cina tetap rendah. Hal ini bertentangan dengan perkiraan sebelumnya bahwa produksi timah akan pulih di daerah tersebut pada paruh kedua 2024, meskipun Myanmar mengalami ketidakstabilan politik.

Pos terkait